SURABAYA – Selain dalam bidang akademis, perguruan tinggi juga bertanggung jawab dalam mengembangkan jati diri kebangsaan bagi setiap mahasiswanya. Hal ini juga diyakini oleh wakil direktur bidang riset pengabdian masyarakat, digitalisasi dan internasionalisasi Universitas Airlangga (UNAIR), Dr Suparto Wijoyo SH M Hum.
Ia menyebutkan bahwa mengembangkan jati diri kebangsaan merupakan sebuah modal dalam memajukan negara Indonesia. Untuk menanamkan pentingnya hal tersebut, maka Dr Suparto didapuk untuk menginspirasi dan menyemangati mahasiswa baru (maba) dalam rangkaian acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) UNAIR 2022.
Memahami Indonesia
Yang pertama dalam menumbuhkan jati diri kebangsaan yaitu melalui pengenalan akan Indonesia. “Kita mengetahui dan menyadari bahwa Indonesia merupakan bangsa yang plural dan multitalenta, kekayaan alamnya yang luar biasa, yang patut kita banggakan dan kita cintai, ” sebutnya pada acara 18 Agustus 2022.
Mengayuh Indonesia
Dosen sekolah pascasarjana UNAIR tersebut mengungkapkan, memajukan sebuah bangsa ibarat mengayuh sepeda. Diperlukan kesadaran dalam mengayuh roda kehidupan, disertai komitmen penuh dalam menggapai tujuan utama. “Disini kita juga harus mengakumulasi seluruh sumber daya, sekaligus terus bergerak, ” jelasnya.
Baca juga:
Bantu Sertifikasi Halal UMK Kecamatan Pujon
|
UNAIR HEBAT
Pada acara yang dilangsungkan secara hybrid di Airlangga Convention Center (ACC) dan kanal Youtube Universitas Airlangga tersebut, ia juga memaparkan pentingnya menggenggam semboyan HEBAT sebagai landasan bagi maba UNAIR. HEBAT sendiri merupakan akronim dari Humble-Honestly; Excellent; Brave; Agile; Transcendents.
Baca juga:
ITS Perkuat Kerja Sama dengan DUT Tiongkok
|
Lanjutnya, memajukan bangsa bukan hal yang dapat dilakukan secara individu, namun dibutuhkan sinergi contohnya antar seluruh fakultas di UNAIR.
Mengemban Mandat
Pada akhirnya, kemampuan maba UNAIR dalam memberikan sumbangsih bagi memajukan negara hanya dapat terlaksana bila diiringi dengan tanggung jawab. Memaknai lagu Gundhul-Gundhul Pacul, Dr Suparto berharap, baik mandat yang diberikan masing-masing orangtua ke maba, atau mandat yang diberikan UNAIR kepada maba, dapat diperlakukan secara tepat.
“Bukan mandat yang dijinjing ataupun dipikul, namun mandat yang disunggi diatas kepala. Jangan sekali-kali oleng, tidak semangat, tidak toleran, akan mengakibatkan mandat yang disunggi itu sama dengan wakul ngglimpang dalam lagu gundhul-gundhul pacul, ” jelasnya.
Penulis: Stefanny Elly
Editor: Khefti Al Mawalia